Saturday, October 8, 2016

Seputar AC inverter




Saya kebetulan google ttg ‘AC Inverter’ dan mendarat di sini. 
Agak sedikit terusik dengan pengalaman Pak Guntur dengan AC inverter.
 Kebetulan saya sendiri punya usaha yang bergerak dibidang elektronik dan khususnya AC.
 Di rumah saya pun sudah menggunakan 2 buah AC inverter selama 3 tahun lebih (dugaan saya merk yang sama dengan initial P).
 AC 1.5pk untuk kamar tidur utama dan 1pk untuk kamar tidur anak.
 Selama ini performanya memang seperti yang diharapkan atau di-iklan-kan, lebih cepat dingin dan tagihan listrik turun cukup signifikan.
 Dan ini juga yang meyakinkan saya untuk encourage konsumen untuk memilih AC inverter untuk digunakan di kamar tidur. 

 Memang teknologi inverter masih relatif baru untuk AC.
 Paling, baru 6 tahun beredar di Indonesia. 
Edukasi tentang AC inverter lewat media massa lebih berbau marketing, ketimbang ulasan plus minusnya AC inverter itu sendiri.
 Kalau boleh saya izin sharing sedikit tentang AC inverter, yang mana mungkin bisa menjadi input buat Pak Guntur atau para pembaca yang lain. 

 Yang pertama harus diluruskan adalah pipa khusus AC inverter sebenarnya salah kaprah. 
Lebih tepatnya, sistem AC yang menggunakan refrigerant (freon) R410A, diwajibkan oleh produsen AC untuk menggunakan standard material pipa tembaga dengan ketebalan d=0.61mm.
 Kebetulan saat ini semua AC inverter branded (kecuali Daikin seri FTKD) menggunakan refrigerant R410A.
 Sementara AC non inverter masih menggunakan R22 yang sudah dikurangi penggunaannya secara bertahap dalam kaitannya dapat merusak lapisan ozon.
 Konvensi PBB menetapkan R22 akan stop diproduksi hingga tahun 2030 nanti. 

 Karakteristik R410A sebagai refrigerant dalam sistem AC, bekerja pada tekanan yang hampir 2x lebih tinggi dari R22, sehingga butuh spec dinding pipa yang lebih tebal. 
Tekanan R22 paling rendah di dalam instalasi pipa AC nya berkisar 70-80 psi. 
Tekanan R410A paling rendah di dalam instalasi pipa AC nya berkisar 120-130 psi
. Sebagai pembanding tekanan ban mobil 30-an psi Untuk itu beberapa merk pipa AC yang sering direkomendasikan misalnya Hoda, Saeki atau Tateyama sesuai dengan kebutuhan R410A. Atau dengan produk pipa tembaga Australia merk Kembla atau Crane Enfield tentu lebih baik lagi. 

 Refrigerant R410A ini juga bekerja dengan lubricant/pelumas khusus (ester based) yang tidak boleh kontak dengan udara atau tercampur oli ex R22 (instalasi lama), agar fungsi pelumasan pada kompresor bekerja dengan baik (kompresor tidak macet/tersendat-sendat).
 

Untuk itu, saat pemasangan unit AC, instalasi pipanya wajib di vacuum.
 Pengetahuan dan pengalaman teknisi dalam instalasi unit AC nya sangat menentukan performa AC nya. 

 Yang kedua, tentang AC inverter dan AC konvensional
. 90% orang yang mengganti AC lamanya dengan AC inverter akan mengatakan AC inverter tidak sedingin AC lamanya. Dan memang demikian kenyataannya.
 Dengan AC konvensional, jika suhu remote di set 25′C, dinginnya tidak stabil. Kadang cukup memadai dinginnya, kadang kurang dingin. Sehingga umumnya remote di set 22′C atau 23′C, agar dinginnya lebih stabil. Bila diukur dengan thermometer ruangan, suhu yang terjadi di dalam kamar paling berkisar 24-25′C dan semakin menjelang pagi dimana suhu udara di luar rumah sudah lebih dingin, maka suhu di dalam kamar semakin mendekati 22′C atau bahkan melampaui hingga 21′C.
 Dengan setting remote pada 22′C hampir dipastikan kompresor di outdoor unit sangat sedikit beristirahat. Sehingga tagihan listrik bisa diasumsikan = lamanya AC dinyalakan x daya kompresor x TDL AC inverter cukup di setting 24′C atau 25′C. Pada suhu ini, umumnya dinginnya terasa pas tidak berlebihan. Apapun yang terjadi, misalnya diluar tiba-tiba hujan lebat, 

AC inverter dengan regulasinya berusaha mengunci suhu yang terjadi di dalam ruangan tetap pada 24 atau 25′C sesuai setting pada remote. Sebagai kompensasinya, ia menurunkan daya listriknya. Disini letak hemat tagihan listriknya. 

 Namun jika mau memaksakan agar AC inverter bekerja layaknya AC konvensional, tidak perlu menurunkan daya, selalu bekerja full power, maka ini bisa diakali dengan setting remote pada suhu terendah 16′C, yang mana suhu tersebut tidak akan pernah bisa dicapai oleh AC, sehingga inverter tidak akan berfungsi. Jadi sebenarnya perlu ada penyesuaian dari pemakainya bila hendak menggunakan AC inverter, misalnya tidak perlu lagi selimut yang tebal untuk tidur. Tidak perlu lagi baju piyama lengan panjang dan celana panjang.
Dengan AC inverter, saya bangun pagi tidak pernah merasa kedinginan.
 Memang diawal saya harus beradaptasi dulu, tapi sekarang sudah terbiasa. 

Semoga bermanfaat.. 

 Sedikit tambahan informasi : korelasi antara tekanan refrigerant R410A, kapasitas pendinginan dan konsumsi listrik. 
Tekanan R410A yang diukur (pada suction kompresor) :
120 psi identik dengan 4.9 ‘C
130 psi –> 7.2 ‘C
140 psi –> 9.6 ‘C
150 psi –> 11.8 ‘C
Dengan instalasi pipa AC yang pendek dan tidak berliku-liku, suhu di atas bisa diasumsikan sebagai suhu refrigerant di dalam evaporator indoor AC.


Bahasa sederhananya, tekanan freon menentukan suhu evaporatornya.
 Yg sebenarnya terjadi di dalam evaporator adalah freon cair mendidih menjadi freon gas pada suhu dan tekanan seperti di atas.
 Seperti halnya air yang dipanaskan (menyerap panas) dan mendidih pada suhu 100′C pada tekanan 1 bar (tekanan udara pada sea level).
 Tapi di gunung/dataran tinggi, tekanan udara lebih kecil dari 1 bar, sehingga air pun mendidih pada suhu

Comments system